Resumen
Abstrak ___________________________________________________________________ Tahun 2014 merupakan tahun pemulihan dan stabilisasi ekonomi global akibat fenomena kebangkrutan Lehman Brother pada tahun 2008 beserta krisis dikawasan eropa yaitu di negara Yunani pada tahun 2012. Untuk mengatasi fenomena tersebut yang menimbulkan kepanikan pasar finansial global khususnya di Eropa dan Amerika Serikat Tersebut, Amerika Serikat membuat suatu kebijakan ekonomi yang tidak lazim yakni kebijakan Quantitative Easing. Keadaan defisit neraca perdagangan indonesia diperparah dengan berubahnya life style masyarakat indonesia. Terutama saat penurunan tingkat suku bunga BI Rate di indonesia, tingkat konsumsi semakin menjadi-jadi karena banyaknya masyarakat yang mengambil kredit untuk barang konsumsi. Bahkan sebagian besar barang konsumsi, seperti: alat-alat elektronik, makanan yang berjenis fast food maupun makanan restoran, pakaian, dan sebagainya merupakan barang impor. Jika konsumsi indonesia tidak dapat ditekan, impor negara indonesia tidak akan mampu mengimbangi ekspor luar negeri dan pada akhirnya akan terjadi defisit neraca perdagangan yang semakin besar. Berdasarkan analisa dan penelitian menggunakan Metode data Sekunder, dapat ditarik kesimpulan bahwa perekonomian indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi mencapai 6,2 % dan penurunan sebesar 0,3 % pada tahun 2012. Pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi mencapai 5,3 % dan mengalami penurunan yang cukup besar yaitu 0,9%. Sedangkan prediksi untuk tahun 2014 adalah sebesar 5,5% dilihat dari beberapa aspek yaitu politik yaitu salah satu aspek yang menjadi pemicu pertumbuhan maupun penurunan tahun 2014. Laju pertumbuhan inflasi di Indonesia sering mengalami peningkatan dan penurunan sesuai dengan kondisi ekonomi indonesia setiap tahunnya. Tingkat tingginya inflasi dipengaruhi oleh tinggi rendahnya import. Pemerintah Indonesia melakukan import dikarenakan konsumsi masyaraka yang meningkat tajam tanpa diimbangi dengan peningkatan produktifitas dalam negeri. Abstract ___________________________________________________________________ 2014 is a year of recovery and stabilization of the global economy due to the phenomenon of the Lehman Brothers bankruptcy in 2008 along with the crisis in the region of Europe that the Greek state in 2012. To solve the phenomenon that causes panic in global financial markets, especially in Europe and the United States, the United States made an unorthodox economic policies that Quantitative Easing policy. The state of Indonesian trade deficit worsened by the changing life style Indonesian society. Especially when interest rates decrease BI Rate in Indonesia, the level of consumption intensified because of the many people who take credit for consumer goods. Even the majority of consumer goods, such as electrical appliances, food and fast food type restaurant food, clothing, and so on are imported. If Indonesia can not be suppressed consumption, imports of Indonesian state will not be able to keep exports abroad and in the end there will be trade deficit increases. Based on the analysis and research using the method of secondary data, it can be deduced that the Indonesian economy experienced economic growth reached 6.2% and a decrease of 0.3% in 2012. In 2013, economic growth reached 5.3% and experienced a considerable reduction namely 0.9%. While predictions for the year 2014 is seen at 5.5% of some aspects of politics which is one aspect that triggers the growth or decline in 2014. Growth rate of inflation in Indonesia often have increased and decreased according to the Indonesian economy annually. The high level of inflation is influenced by the level of imports. The Government of Indonesia to import due to the sharp rise in private consumption being offset by an increase in productivity in the country. © 2014 Universitas Negeri Semarang