Resumen
Kekayaan budaya dan keberagaman kondisi alam menyebabkan muncul keberagaman arsitektur di Nusantara. Arsitektur Nusantara yang beranekaragam, tetap dipandang oleh sebagian golongan sebagai sebuah kekunoan, dan ketidaklayakan untuk dijadikan sebagai hunian. Ketidaklayakan itu tergambarkan dari penggunaan material alami yang mudah lapuk atau aus, konstruksi dengan sambungan tanpa paku sehingga menyebabkan konstruksi rumah menjadi miring. Tulisan ini merupakan kajian terhadap penerapan teori vitruvius dalam arsitektur nusantara sekaligus pembuktian kelayakan huni bangunan arsitektur nusantara. Metode kualitatif digunakan dalam penelitian ini dengan melakukan studi literatur terhadap arsitektur Waerebo dan Toraja sebagai pembandingnya dan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap fenomena tersebut. Aspek Firmitas, Utilitas dan Venustas mulai dari material alami, konstruksi sebagai kekokohan dan keindahan arsitektur menjadi objek kajian yang diteliti. Hasil kajian menunjukkan arsitektur Nusantara juga memiliki tingkat kekokohan yang stabil dengan teknik konstruksi material alaminya yang khas. Pemaknaan utilitas pada bangunan arsitektur nusantara juga tidak tergambar dalam makna kegunaan atau fungsi bangunan melainkan kepada identitas status sosial. Sedangkan penerapan venustas terlihat pada ornamen, seni ukir dan teknik ikat. Hasil dari penelitian ini juga dimaksudkan untuk memberikan acuan teoretis tentang kekokohan, kegunaan, dan keindahan berbagai rumah adat di Nusantara yang dibangun dari material alami lokal saja