Redirigiendo al acceso original de articulo en 15 segundos...
ARTÍCULO
TITULO

POLA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN EVALUASI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN BANJARNEGARA, PROVINSI JAWA TENGAH

Risky Ramadhan    
Widiatmaka Widiatmaka    
Untung Sudadi    

Resumen

Perkembangan sosial ekonomi wilayah yang dinamis memberikan dampak terhadap penggunaan lahan. Ketersediaan lahan yang tetap mengakibatkan terjadinya persaingan dalam pemanfaatan lahan, dengan konsekuensi perubahan penggunaan lahan yang semakin intensif. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pola perubahan penggunaan lahan pada beberapa titik tahun (2001, 2008 dan 2015) di Kabupaten Banjarnegara, dan (2) mengevaluasi kesesuaian antara pemanfaatan ruang saat ini dengan alokasi ruang berdasarkan RTRW Kabupaten Banjarnegara. Metodologi yang digunakan adalah analisis spasial pada citra dan analisis inkonsistensi alokasi pola ruang dalam RTRW dan pemanfaatan ruang. Penggunaan lahan di Kabupaten Banjarnegara tahun 2001 didominasi kebun dengan proporsi 40.018,5 ha, tegalan 28.524 ha, sawah 18.319,1 ha , hutan 10.163,8 ha, lahan terbangun 8.895,1 ha, semak belukar 7.203,4 ha, tubuh air 1.716,4 ha dan lahan terbuka 103,2 ha. Pada tahun 2008 terjadi penambahan luasan kebun 1.781,2 ha, lahan terbangun 977,5 ha, semak belukar 618,3 ha, dan tegalan sebesar 155,1 ha. Sementara itu, hutan mengalami penurunan luasan yang siginifikan sebesar 2.498 ha, diikuti oleh sawah sebesar 1.025 ha dan lahan terbuka 9 ha. Pada tahun 2015 terjadi penambahan luasan kebun sebesar 464,1 ha, lahan terbangun 1.048,1 ha, semak belukar 238,6 ha, dan tegalan 474,1 ha. Hutan mengalami penurunan sebesar 1.342,8 ha, sawah 872,8 ha dan lahan terbuka 9,2 ha. Pengaturan alokasi lahan pada pola ruang tahun 2011-2031 Kabupaten Banjarnegara menunjukkan inkonsistensi dengan peta penunjukan kawasan hutan sebesar 13.737 ha atau 11,9% dari luas wilayah. Sementara itu, kondisi penggunaan lahan tahun 2015 di Kabupaten Banjarnegara menunjukkan inkonsistensi dengan alokasi pola ruang sebesar 37.032,7 ha atau 32,1% dari luas wilayah

 Artículos similares

       
 
Santosa Raharjo,Santun R. P. Sitorus,Suwandi Suwandi     Pág. 26 - 35
The landuse change from paddy field to non-rice field in Java is increasing every year and this has an impact on the decreasing of national food security. Likewise the occurrence of land conversion of around 2,000 ha for the construction of Jatigede rese... ver más

 
Efral Derik     Pág. 314 - 325
Swidden agriculture is often associated on forest and land fires. Meanwhile, swidden agriculture do not always cause forest and land fires because the community applied their local knowledge. This study aim to describe the changes of swidden agriculture ... ver más

 
Teguh Setyo Nugroho     Pág. 483 - 497
Muara Kubu mangrove ecosystem area has a unique value, aesthetic, beauty that has the potential to be developed ecotourism. In the development of mangrove ecotourism, the main step that needs to be studied is the identification of ecotourism conditions a... ver más

 
Armaiki Yusmur,Muhammad Ardiansyah,Irdika Mansur     Pág. 566 - 576
The application of remote sensing using Unmanned Aerial Vehicle (UAV) technology to identify distribution of Acid Mine Drainage (AMD) as part of mitigation process has been done in PT. Jorong Barutama Greston. UAV imagery was interpreted visually to prod... ver más

 
Uska Peku Jawang     Pág. 396 - 405
AbstrakKetersedian  informasi potensi wilayah masih terbatas, sehingga diperlukan kajian untuk mendukung perkembangan dan perencanaan wilayah berbasis sektor unggulan pertanian. Tujuan penelitian yaitu memperoleh komoditas unggulan perkebunan dan me... ver más